WATU KUCUR

Peninggalan Leluhur masa Majapahit situs Watu Kucur.
Perjalanan di hari Raya Galungan ( 12 Mei 2010, Buda Kliwon Dunggulan atau hari Rabu Kliwon wuku Galungan karena arti Dunggulan adalah Galungan ) yang dulu dirayakan oleh orang Jawa dan yang masih mengerti adat Jawa seperti brokohan, tumpengan untuk mengawali menanam padi disawah dan lain-lain yang pada masa Majapahit sangat lestari hingga membuat Nusantara mengalami masa kejayaan karena sangat mencintai tanah air serta menerapkan adat dan budayanya abad pertama hingga abad-15 sebelum masuknya Islam di Nusantara

Tetapi itu semua berbalik dimasa sekarang (abad-21) orang sudah tidak mengenal adat istiadat khususnya generasi muda sekarang terutama santri yang anti dengan adat dan budaya sendiri, setelah masuknya Islam Arab yang membawa rohmatan lill `alaminkatanya tapi bukan untuk melestarikan peninggalan leluhur justru mereka (para santri dan tokoh Islam Arab garis keras) malah menghancurkan dengan alasan musyrik, berhala dan lain sebagainya. Hingga generasi sekarang mulai tidak mengerti dan acuh untung ada yang masih tidak antipati seperti yang dituturkan oleh Pak Kastar dari desa Beloh Kecamatan Trowulan dulu terkenal sebagai pusat Kerajaan Majapahit sekarang masuk Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur Indonesia, Bahwa dulu di desa Kumitir sekitar 200 meter dari Rumah Pak Kastar yang memang ada diperbatasan desa pernah terjadi penghancuran punden-punden serta Candi-candi peninggalan leluhur. Hingga bangsa dan negara ini beruntun mendapatkan bencana baik yang aneh dan super aneh kejadian-kejadian alam, meteor jatuh, menanam padi di makan wereng, bom gas elpiji serta banjir terus bertubi-tubi, tanah marah menjadi longsor, kecelakaan di mana-mana sesuai ramalan Hyang Batara Sabda Palon Naya Genggong sebagai Dang Hyang Tanah Jawa sejak Majapahit dihancurkan Islam Demak dengan bantuan Wali Songo dan Habib-Habib Arab terbukti sekarang betapa arogannya mereka setiap menumpas adat dan budaya yang tidak sama dengan Islam Arab dengan alasan memberantas kekufuran, Nahi Mungkar katanya tapi prakteknya sangat melanggar HAM. yang cuma ada di pusat kantornya. HAM hanya yang ikut Arab.

“Itu lokasi pundennya, dinamakan sekarang adalah ‘watu kucur’ dihancurkan dan dibuang ke sungai oleh gerombolan GP Anshor dan sebangsa Banser yang entah darimana, tiba-tiba merusak punden (Tempat Leluhur atau mbah Danyang ini)”,sambil ngos-ngosan diusianya yang sudah sepuh untuk menceritakan pada wartawan Majalah Independen Majapahit Raden Sisworo Gautama dan temannya yang berpenampilan nyentrik dan berwibawa hingga warga setempat sangat menghormatinya.

“Niki lo mas wartawan, pundennya dan watu kucurnya dicemplungkan kesini (sungai) oleh sebangsa Anshor-anshor itu pada peristiwa Gestapu atau Gestok persis 30 September 1965”, katanya lagi setelah sampai dilokasi Candi atau punden dahulunya dengan memakai celana pendek yang ngetrend yakni celana kakek-kakek.

“Pak Kastar, kenapa dirusak dan watu kucurnya dibuang kesungai ?”, tanya Kami dengan raut muka serius sambil melihat sungai disebelahnya. “Lha niku lo mas, katanya orang Jowo mujo braholo, watu kucur musyrik tempat kapir dan tidak percaya mriki (sini) anggapan dari gerombolan Anshor, katanya sambil prihatin seakan-akan menyesalkan tindakan brutal tersebut sambil menerawang menyaksikan peristiwa carut –marutnya negeri ini yang juga melestarikan adat kebrutalan diimpor masa Arab jahilliyah yang disaksikan di Televisi walaupun matanya sedikit kabur karena dimakan usianya yang ke-68 tahun. Hingga ada yang mimpi untuk mengembalikan “Batu itu” pada tempatnya semula. Setelah dikembalikan bahkan ada yang jahil dan dicurilah batu tersebut karena mempunyai nilai jual yang tinggi, berukir indah seperti berita pelelangan harta kuno peninggalan kerajaan Cirebon baru-baru ini dan oleh sipencuri diganti baru tapi setelah mencuri orang itu tewas beberapa saat kemudian yang tidak disebutkan namanya karena Pak Kastar lupa.

Dengan panjang lebar bercerita dan tertatih-tatih Pak Kastar yang lahir pada tahun 1942 berjalan di pematang perkebunan tebu yang dikelola oleh “Ganjaran Mataulu” yang sekarang dikenal dengan istilah pengairan tapi tidak anti dengan tempat tersebut bahkan menanami beringin dan pohon lainnya serta membuatkan pondasi pagar sebagai ‘tetenger’ biar tidak hilang biarpun pagarnya belum ada, karena minimnya perhatian pemerintah tentang cagar budaya peninggalan leluhur Majapahit karena pemerintahannya sudah ikut Arab lebih baik memperhatikan yang mau berangkat setor uang ke Arab (ONH) juga rakyatnya yang memang bodoh dan dibodohkan supaya tidak mengenal adat dan budaya bangsa sendiri, biar mudah dijajah baik keyakinan maupun hasil Tanah Air dan dijadikan bangsa budak dengan terus mengirimkan TKI dan TKW ke Arab karena sudah diarabisasi yang tidak mau masuk Islam dicap PKI, Komunis, kafirun, musyrik, biarpun masih ada yang percaya dengan adat Jawa tapi melaksanakan dengan rasa ketakutan seperti bila ada orang punya hajat atau punya pekerjaan besar di desa seperti kemantenan (menikahkan anaknya) dan lain-lain maka dilakukan pertama kali ditempat ini (watu kucur) biarpun di KTP nya Islam tapi mereka hanya Islam KTP saja (karena ketakutan dan memang begitu ikut-ikutan saja) tetapi prakteknya tetap memohon restu ke Leluhur (Mbah buyut, Canggah, wareng serta mbah Danyang). “Sebagian saja Mas yang percaya karena memang disana ada legendanya tapi juga ada yang tidak percaya karena takut dikafirkan”, kata Pak Nawawi dari desa Kumitir tetangga desa Beloh lahir tahun 1945 yang mempunyai pengalaman dan menyaksikan hancurnya Punden atau Candi yang hanya menyisakan separuh Arca dinamakan Joko Slening di desa Kumitir, memperkuat pernyataan Pak Kastar sambil mengerutkan dahi tanda sedih sekaligus heran.


Jadi ini bukan menjelek-jelekan agama tertentu tapi membuka kasunyatan supaya bangsa ini, rakyat ini generasi masa kini mengenal adat dan budaya serta peninggalan leluhurnya karena pernah mengalami masa kejayaan kesatuan yang kuat yakni masa Majapahit, sebelum mengenal lebih luas sejarah dan leluhur bangsa lain (Arab, Israel, Roma, India, Vatikan, Inggris yang mana bangsa ini berkiblat kesana karena agama) yang masukpun dibawa oleh pedagang hingga menjajah. Pahamkah saudara-saudara...Jadi bukan tendensius. Andaikan semua berfikiran demi kejayaan kembali untuk Nusantara karena Indonesia sudah menjadi Arab. Dan seakan-akan ajaran dari arab saja yang benar dan paling benar dengan membenarkan diri menurut mereka yang fanatik tapi tidak tahu kefanatikannya hanya bersembunyi diketiak Tuhan/God/Alloh.  (nsis)


MEMBANGUN & KRITIK DENGAN JELAS

Comments megaburan Pro dan Kontra akan tetap Diterbitkan BEBAS

1

Banyak juga yg membahas..
saya menemukan situs ini secara tidak sengaja dari sini..

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/forum.html


terimakasih untuk liputannya

Anonim mengatakan...
on 

Posting Komentar

Boleh berkomentar panjang lebar, silahkan !,
tapi blog ini bukan promosi jualan, juga jangan salah paham,
baca dulu dan renungkan, lihat kasunyatan, sadar kenyataan.
Semoga berbahagia hari ini. Bersatulah bangsaku melawan dajjal yang meneror untuk memaksakan kehendaknya dengan kekerasan !.